Rabu, 30 Maret 2016

GUNUNG BUDEG : Tak kenal maka tak sayang………



Bagi masyarakat Legenda Joko Budeg dan Mbok Roro Kembang Sore begitu lekat ditelinga….namun bukan itu yang ingin kuceritakan…pada sobat myjourneychekink……..yang pasti tentunya gak jauh jauh amat dari kisah seorang pengamen….Uppsssss… pendaki…. (maklum baru baca berita disebelah : tentang pengemis artis….)

Masih segar dalam ingatan ketika aku menjejakkan kaki mungil ini di bukit budeg ( karena ketinggiannya sekitar 600 dpl : red ) walaupun sebenarnya sejak belasan tahun yang lalu aku pernah kesana …..bersama………..ahhh…sudahlah……gak perlu dibahas……sangat terasa beda yang kurasakan…terutama suasana alamnya……..namun hal itu tak menyurutkan langkahku untuk menyusuri bukit budeg ini……..

Diawali dengan melaporkan diri di pos pendakian sembari meninggalkan kartu kenal diri…..yang kata om penjaganya……buat pendataan para pendaki…..It’s Ok….aku mulai melakukan stretching biar tidak terasa kaku bila berjalan……….Suara bayu yang mendesir desir saat mengiringi langkahku seolah memberi restu dan menyampaikan salam rimba buat kehadiranku…aku sempat tersenyum sendiri karna pada saat yang bersamaan aku dengar sayup-sayup  lagu lama…sesaat kau hadir…utha likumahua….menerobos gendang telingaku yang rapuh ini………well…..ternyata aku tidak sendirian……masih ada kawan lain walau jauh dibelakangku juga ingin melakukan pendakian……….

Tak terasa aku tiba di puncak bukit budeg……yang terkenal dengan sunrisenya……..aku betul betul menikmati Lukisan Sang Maha Karya Alam Semesta ini…….seolah aku hanyalah sebutir debu yang tak bermakna………aku bersujud kepadaMu dengan merendahkan diriku serendah..rendahnya dihadapanMu……60 menit waktu kuhabiskan untuk bertafakur…….Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiillahi”……… Ternyata sekeras… kerasnya… sekuat… kuatnya…. sesombong…sombongnya seseorang bila dia telah menemukan Tuhannya akan jatuh lunglai…..

Perjalanan menuruni bukit budeg sudah terbayang di kelopak mataku…seolah olah nasi pecel dengan lauk ikan teri menari nari mengejekku……..kupercepat langkahku untuk mengejar hasratku……..





Senin, 28 Maret 2016

BROMO: CERITA SEORANG KAWAN

Entah apa yang berkecamuk dalam benakku....seolah ingin menulis tentang bromo......
Rencana keberangkatanku sudah matang....walau sebelumnya aku agak gamang...sebab....ada kawan yang kuajak gak jadi berangkat...biasa....mountain sickness katanya...but...everithing it’s ok, gak masalah...rencana tetap jalan seperti semula......semua perbekalan cek ulang...lengkap.....Allright, siap...........

Kendaraan yang kami tumpangi berhenti di cemorolawang........dan tanpa dikomando penduduk setempat bersaing menawarkan  tempat untuk bermalam pada rombongan, kami tidak bergeming tetap melanjutkan perjalanan kesasaran utama yaitu penanjakan buat saksikan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa :SUNRISE....sepanjang jalan....dikanan kiri asap belerang begitu kuat menyengat hidung.....membuat pusing kepala, apalagi aku baru pertama kali kesana, namun semua itu tidak menyurut kan langkah kami.

Sekitar pukul 5 pagi sang pujaan hati muncul dengan malu-malu......jantungku berdegup kencang...menyaksikan........keindahan alam........yang begituuuuuuuu mempesona...kedua bibirku terkatup rapat....entah takjub atau kedinginan...kedua kelopak mataku rasanya tak ingin terpejam....biar dapat menyaksikan sepuas puasnya.......seandainya  aku bisa merengkuhnya.......takkan kuserahkan  dirinya kepada yang lain......namun sayang......aku hanya bisa menatapnya nanar....ohhhh matahariku......agar momen ini tidak hilang foto-foto narsis dulu.....

Perjalanan kami lanjutkan lagi ke kawah bromo untungnya sopir pribadiku.......setia menanti.....Upzzzz sedikit kecewa sih ternyata gak ada 1 pun yg naik.ke kawah, padahal aku pengeeeeeeeen banget.... . Dengan rasa yg begitu mendalam kuungkapkan kekecewaaan dengan menyanyikan lagu apaa yah.......... wakakakkaka titt...( Sensor). Nyanyi dalam hati biar gak gempa tuh bromo........

Menghibur hati sendiri biar gak sedih. Bagiku ungkapan itu bisa melalui lagu, mengekspresikan sih katanya......... karena menyanyi dengan suara terdengar lebih mainstream di banding dalam hati.........Benar gak yah ( haaaaaaa ).......buat menghilangkan kegundahan hati......foto narsis dulu ahhhhhhh................
Bukit teletubies....dan pasir berbisik sasaran berikutnya buat ku eksplore............liburan kali ini berkesan bagi kami yang baru saja menyelesaikan acara KKN, Next time klo ada yg ngajak ke sana lagi ah.... ( byeeeee byeee bromo )....
(cerita disadur dari seorang kawan)

Jumat, 25 Maret 2016

GILI LABAK (Future in Paradise)


Saat itu masih menunjukkan pukul 9.30 malam dimana mobil  yang kutumpangi melaju dengan kencang melewati jembatan terpanjang di pulau jawa bagian timur yaitu Jembatan Suramadu menuju Gili Labak sebuah obyek wisata pantai.......yang konon katanya bakal jadi surga wisata mendatang...future in paradise....moga aja pengelola bisa merawat gili labak dengan baik sehingga tetap nyaman untuk dikunjungi wisatawan baik lokal maupun manca........asa selalu ada 

Sepanjang jalan menuju lokasi yang kami lalui disuguhi pemandangan yang indah menawan, jalan yang dilalui didominasi dengan tanah datar cocok bagi semua kalangan...apalagi bagi wisatawan yang suka mabok dikendaraan...dijamin aman.....terbayang Gili Labak yang akan kami kunjungi mestinya lebih indah lagi.....  malam  makin larut....tepat pukul 00.30 mobil yang kami tumpangi tiba dipelabuhan kalianget-sumenep, persinggahan terakhir sebelum kami ke Gili Labak, karena dari tempat inilah untuk melanjutkan ke Giili Labak harus ditempuh dengan menggunakan perahu motor........

Tak banyak yang dapat kami lakukan saat di dalam perahu motor.......kami berenam hanya berbincang seperlunya...seolah menyimpan asa sendiri-sendiri......atau mungkin...... masing-masing punya angan yng tak ingin berbagi, akupun larut dengan anganku sendiri hingga ...terlelap.......tak terasa.....120 menit perjalanan yang kami lewati dengan perahu motor terbalaskan sudah...................

Waowww.....hanya satu  kata yang terucap dari bibirku saat pertama kaki-kaki telanjangku menyentuh bulir-bulir pasir gili labak.......tak salah kalau orang meyebutnya surga mendatang bagi gili labak......sengaja langkahku kuayunkan perlahan meresapi setiap tapak kaki yang menyentuh air berpasir disepanjang tepian bibir pantai gili labak, nuansa yang eksotik penuh ke romantisan...tidaklah mengherankan bila wisatawan berlomba ingin kemari bersma keluarga....kerabat...teman...pacar....teman tapi mesra...... selingkuhan.... Eits.... nakal.... nggak boleh.. kata nenek itu berbahaya........hmmm... seandainya....... kumat lagi ide-ide gila menari-nari dalam benakku untuk menggarap seluas-luasnya potensi Gili Labak ini..


Menurut telik sandi yang kuperoleh...... penghuni Gili Labak  hanya terdiri dari 30 kepala Keluarga, mereka hidup berdampingan dengan damai dan menyambut setiap wisatawan dengan ramah....kehidupan mereka sangat bersahaja......meski listrik rumah mereka bergantung pada sebuah mesin diesel sebagai sumber utama listrik warga disini masih mau berbagi dengan para wisatawan bila membutuhkan listrik, tetapi.....listrik mereka dapat digunakan hanya pada malam hari saja.........jadi bagi kawan-kawan yang ingin wisata ke Gili Labak mesti mempersiapkan segala sesuatunya dari rumah dengan cermat.......

Setelah aku puas menguras potensi Gili Labak...kini tibalah waktunya kami pamit meninggalkan Gili Labak yang penuh pesona ini...akupun berjanji...seperti merpati tak pernah ingkar janji.......kelak aku kembali dengan seseorang yang kucintai...kusayangi.....yang mau berbagi duka denganku...........dengan diiringi lagu Iwan Fals...aku bukan pilihan.....kutanggalkan separuh kalbuku di Gili Labak..........